Inilah Hikmah Sa’i, Belajar Tawakkal dari Siti Hajar

Kategori : Umrah, Haji, Ditulis pada : 21 Desember 2023, 18:30:27

Berbicara mengenai ibadah haji dan umrah pastinya sangat menarik bagi seorang muslim, apalagi bagi Anda yang sedang mempersiapkan diri untuk berangkat ke Baitullah. Banyak hikmah yang bisa Anda ambil dari perjalanan ibadah haji dan umrah. Selain meningkatkan spiritualitas Anda, Anda dapat memaknai setiap ibadah yang Anda jalani ketika di tanah suci.

terlebih saat menunaikan rukun-rukun haji dan umrah, salah satunya adalah sa’i. Sa’i merupakan rukun ketiga setelah ihram dan thawaf. Sama dengan rukun-rukun yang lain, sa’i mempunyai karakteristik khusus dalam pelaksanaannya. Istimewanya lagi, Anda dapat mengambil hikmah dari sejarah mengapa sa’i jadi rukun yang tak boleh Anda lewatkan.

16.jpg

Photo by Mohamed Nohassi on Unsplash

Secara bahasa, sa’i memiliki arti usaha. Sedangkan rukun sa’i yang kita kenal artinya lari-lari kecil bolak-balik sebanyak 7 kali antara bukit Shafa dan Marwa, diawali dari bukit Shafa dan terakhir di bukit Marwa.

Jarak antara bukit Shafa dan Marwa adalah sejauh 400 meter, sehingga total menempuh jarak  kurang lebih 3 kilometer jika bolak-balik sebanyak 7 kali. Tentunya, Anda harus memiliki persiapan kesehatan tubuh sebelum menjalani rukun ini. Misalnya, olahraga secara teratur seperti berjalan berapa langkah per hari, jogging atau lari setiap pagi, atau lainnya yang dapat menambah kekuatan fisik Anda. Sehingga fisik Anda jauh lebih stabil ketika menunaikan rukun haji dan umrah seperti sa’i.

Sejarah Sa’i

Jika melihat sejarahnya, rukun sa’i ini berawal dari kisah Nabi Ibrahim ketika diperintahkan oleh Allah SWT untuk pindah dari Palestina ke lembah tandus bernama Makkah. Saat itu, merupakan hal yang berat bagi Nabi Ibrahim diperintahkan meninggalkan istri dan anaknya, Siti Hajar dan Ismail kecil di tanah yang gersang nyaris tiada kehidupan di sana.

Siti Hajar hanya pasrah berjalan dibelakang suaminya, pun ketika Nabi Ibrahim pergi meninggalkannya di Makkah. Siti Hajar bingung dengan apa yang terjadi, bolak-balik ia bertanya pada Nabi Ibrahim yang enggan menjawab. Akhirnya ia bertanya, “Hendak kemanakah Engkau, wahai Ibrahim?” Akan tetapi Nabi Ibrahim tetap diam.

Hinga Siti Hajar bertanya, “Kepada siapakah kami ditinggalkan di lembah ini? Apakah Allah SWT yang memberimu perintah, wahai Ibrahim?” Kemudian Nabi Ibrahim menjawab, “Ya, Allah yang memerintahku.” Dengan wajah yang bahagia kemudian ibunda Ismail menjawab, “Laa Yudhoiyyuna ya Allah,” yang artinya ‘Allah tidak akan menyia-nyiakan kami.

Nabi Ibrahim pun pergi ke Palestina. Meninggalkan istri dan Ismail kecil di lembah tandus tersebut demi ketaatannya kepada Allah SWT. Ia mengembalikan segala urusan kepada Allah. Siti Hajar, sebagai istri yang shalihah juga taat kepada Allah SWT yakin bahwa dirinya akan dilindungi oleh Allah.

Selama berhari-hari ia berusaha untuk bertahan hidup dengan perbekalan yang ia bawa. Hingga suatu hari perbekalannya sudah habis, Ismail kecil juga terus menangis karena air susunya tidak keluar. Lalu, Siti Hajar berusaha mencari air di antara dua bukit yaitu bukit Shafa dan bukit Marwa.

Siti Hajar berjalan cepat dari bukit Shafa ke bukit Marwa tanpa mengetahui di mana letak sumber air, hanya fatamorgana yang tampak. Ia bolak-balik sebanyak 7 kali, sambil terus berdoa kepada Allah, yakin Allah akan memberikan pertolongan kepadanya. Tentu saja, Allah datangkan pertolongan-Nya di saat yang tepat.

disangka, Siti Hajar telah berjalan bolak-balik Shafa dan Marwa, akan tetapi Allah justru hadirkan sumber mata air di bawah kaki kecil Ismail yang menendang-nendang, Sumber air tersebut sangat melimpah, bahkan sampai hari ini masih bisa Anda nikmati yang dikenal dengan Air Zam-zam. Sungguh luar biasa, apabila Allah telah menghendaki apapun bisa saja menjadi kenyataan.

pexels-pixabay-221189.jpg

Foto oleh Pixabay dari Pexels

Nama Zamzam juga memiliki cerita, disebut air zamzam karena sumber air tersebut terus terpancar tiada henti bahkan diumpamakan kota Makkah bisa tenggelam apabila hal tersebut terus terjadi. Maka, Siti Hajar berucap “Zamzam, zamzam!” yang maknanya, “Kumpullah, kumpullah!’ sehingga mata air tersebut tetap memancar namun sesuai kebutuhan.

Hikmah Sa’i

Belajar dari Siti Hajar, ada banyak hikmah yang dapat Anda ambil dari rukun sa’i. Berbagai nilai-nilai positif yang bisa Anda terapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut hikmah yang bisa Anda simak:

Belajar Tentang Iman

Siti Hajar merupakan salah satu hamba yang istimewa di hadapan Allah karena keimanannya. Ini terbukti dari reaksi beliau saat Nabi Ibrahim mengungkapkan bahwa apa yang dilakukannya adalah karena perintah Allah SWT. Ia juga yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakannya, walaupun tampaknya ia tinggal di tanah yang gersang saat itu.

Bersikap Tawakkal

Siti Hajar juga menunjukkan betapa ia penuh tawakkal kepada penciptanya. Berbeda dengan pasrah, tawakkal yaitu sikap menyerahkan segala apa yang terjadi menurut dengan kemauan Allah. Oleh karena itu, dalam sikap tawakkal juga ada peran ikhtiar Siti Hajar di dalamnya. Tugas manusia adalah berikhtiar, tetapi soal takdir Allah yang menentukan. Sehingga tetap memasrahkan diri kepada Allah sebagai satu-satunya penolong dan Yang Maha Menghendaki.

Mendahulukan Ikhtiar

Seperti pemaparan di atas, tawakkal harus disertai dengan ikhtiar. Ibunda Siti Hajar memberi contoh bagaimana ia tak berputus asa mencari sumber air antara bukit Shafa dan Marwa. Ia tetap bergerak tiada henti, diiringi keimanan dan sikap tawakkalnya untuk terus berikhtiar. Sehingga Allah berikan rahmat berupa mata air zamzam di bawah kaki Ismail kecil.

Jika dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari, Anda boleh berusaha dengan cara apapun selama itu dengan cara yang diridhoi Allah. Namun, terkadang Allah mendatangkan solusi dari arah yang tidak disangka-sangka. Tak selalu dari apa yang Anda harapkan, tetapi tetap meyakini bahwa itulah yang terbaik versi Allah.

Ikhlas

Sebagai penutup, dari sa’i Anda bisa mengambil hikmah tentang keikhlasan. Bagaimana Siti Hajar sangat ikhlas menjalani ketetapan takdir yang Allah berikan, taat kepada perintah-Nya dengan ikhlas tanpa mengeluh saat ditinggalkan Nabi Ibrahim, ikhlas membersamai Ismail, dan seterusnya. Tanpa adanya keikhlasan, akan sulit rasnya menerima ketetapan Allah, sebab sifat manusia yang tak pernah ada puasnya.

Nah, itulah hikmah rukun sa’i yang bisa Anda ambili dari kisah Siti Hajar. Semoga dapat meningkatkan keimanan Anda, juga semakin bersemangat dalam menjalankan ibadah haji dan umrah. Semoga bermanfaat!

Chat Dengan Kami
built with : https://erahajj.co.id